Waktu untuk Belajar adalah Malam hari

"Selamat pagi Bu Guru", "Selamat pagi Pak Guru". Begitu sapaan murid - murid kepada Bapak dan Ibu Guru di sekolah setiap hari. Mulai dari jenjang TK, SD, SMP, atau SMA. Mereka datang untuk belajar. Menimba ilmu untuk masa depan yang ia cita-citakan. Mereka menghendaki agar kelak menjadi orang berguna. Bukan saja bagi dirinya dan keluarganya, namun lebih jauh ingin menjadi orang yang dibanggakan dan bermanfaat bagi kalangan yang lebih luas. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Syukur-syukur menjadi tokoh politik yang disegani dan dihormati sekaligus dibutuhkan peranannya bagi bangsa dan negara. Politik yang saya maksud adalah politik dalam arti luas. Setidaknya menaruh harap agar kelak dapat menjalankan sebuah profesi yang berguna bagi masyarakat luas. Tak heran ketika ditanya, "apa cita-cita kamu?". Ia pun akan menjawab, "Saya ingin menjadi dokter", "Saya ingin menjadi polisi", "Saya ingin menjadi insinyur" dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa mereka ingin berguna di masa depannya. Bukan sekedar ingin mendapat apa yang ia butuhkan untuk menunjang aktivitas kesehariannya sebagai makhluk Tuhan.

Apapun yang dicita-citakan tidak akan terwujud tanpa belajar. Belajar untuk memenuhi kebutuhannya, belajar untuk menggapai cita-citanya, belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Pendek kata , belajar yang seluas-luasnya. Sekolah hanya salah satu bagian dari tempat yang digunakan untuk belajar. Masih banyak tempat lain yang bisa digunakan untuk belajar atau dijadikan sebagai objek belajar. Namun bukan berarti mengecilkan peran sekolah bagi perkembangan seseorang. Yang saya maksud adalah pentingnya membangkitkan motivasi belajar agar seseorang senantiasa memiliki maksud belajar dimana pun, kapan pun, dan dengan siapapun. Karena sesungguhnya kewajiban belajar adalah sejak dari ayunan hingga ke liang lahat. Saya tidak akan menjelaskan maksud dari waktu belajar yang disebutkan tadi, cukup sekedar mengingatkan saja. Minimal mengingatkan pada diri sendiri dengan menuliskan kembali.  Saya yakin pembaca memiliki pemahaman yang lebih sempurna  akan hal ini. 

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal berperan penting dalam membangun karakter murid. Karakter yang religius, nasionalis, mandiri, memiliki semangat gotong-royong, serta memiliki integritas. Serta karakter-karakter yang lain.  Yang demikian sebagai pengamalan Pancasila dalam diri seseorang. Sekolah juga merupakan tempat untuk mempelajari berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Sekolah juga sebagai tempat untuk belajar dari pengalaman. Baik pengalaman pribadi secara langsung maupun pengalaman dari orang lain yang dapat dijadikan referensi dalam mengambil keputusan dalam berbagai hal dan keadaan.

Selain sekolah ada satu lagi institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya,  yaitu rumah. Rumah merupakan institusi pendidikan pertama seorang anak. Bedanya kalau sekolah adalah institusi pendidikan formal sedangkan rumah. Sekolah dibuka sebagai tempat belajar formal pada pagi dan siang hari.  Sedangkan rumah dibuka 24 jam dalam melayani kebutuhan pendidikan bagi anak. 

Setelah berbicara mengenai tempat belajar sekarang saatnya berbicara tentang waktu untuk belajar. Setiap orang mungkin memiliki gaya belajar yang berbeda antara satu dengan yang lain. Itulah sebabnya di sekolah disediakan berbagi alat yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam proses ada suasana. Suasana belajar yang nyaman bagi seseorang mungkin ada sedikit perbedaan, namun secara umum suasana yang tenang. Terutama ketika mempelajari pengetahuan. Baik dengan membaca maupun mendengarkan audio. Diantara waktu yang baik dalam mendapat kenyamanan melalui ketenangan adalah malam hari. Belajar dalam suasana yang nyaman akan berpengaruh kualitas belajarnya. 

https://tp.media/click?shmarker=414605&promo_id=4452&source_type=link&type=click&campaign_id=147&trs=213451

Banner 1 Banner 2

Belajar Dengan Siapapun

Wawasan seseorang memengaruhi bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi yang ada di hadapannya. Baik wawasan tentang diri maupun lingkungannya. Pendidikan menuntun manusia untuk memiliki wawasan yang luas tentang alam baik yang tampak maupun tidak tampak. Semestinya wawasan seseorang bertambah dari waktu ke waktu agar ia semakin bijak. Bijak dalam berinteraksi dengan sesama manusia serta lingkungan tempat ia berada.

Guru dalam tugasnya senantiasa berusaha agar murid membuka diri dan pikirannya untuk berbagai informasi yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Baik lingkungan manusia maupun bukan manusia. Namun juga selektif terhadap informasi yang ia terima. Murid adalah hari ini adalah pemimpin di masa depan. Murid yang membuka diri terhadap informasi dari luar tentunya akan lebih kaya pengetahuan serta mudah dalam meningkatkan kemampuannya. Sebaliknya murid yang menutup diri dan merasa cukup dengan pengetahuan yang sudah dimiliki akan sulit berkembang. 

Guru merupakan teladan bagi murid. Sebagai teladan guru terbuka dan berusaha memperluas wawasan yang ia miliki. Sebagai teladan apa yang dilakukan guru dan sikap batin akan berpengaruh terhadap murid. Sebagian orang mungkin menyangkal atas pernyataan ini karena  beranggapan bahwa perubahan yang dialami murid hanya bergantung pada apa yang ia lihat dan ia dengar. Itu hal yang wajar. Namun dapat dipahami bahwa suasana batin seseorang akan tercermin pada raut wajah, nada suara , serta gerak tubuh dalam berperilaku. Itu semua bagi orang yang baru kenal sekali mungkin tidak terlalu berdampak. Akan tetapi pada hubungan guru dan murid yang intensitas pertemuannya sangat sering tentunya akan saling memengaruhi antara  guru dan murid. Tak heran guru berusaha untuk selalu tampil menarik di depan murid. Wajah ceria biasanya menggambarkan suasana hati yang gembira.

Sikap mau belajar dan menerima tidak terbatas pada orang yang dihormati dan diagungkan saja, namun belajar apa saja  dengan siapa saja. Bagi pendidik segala informasi yang berkaitan dengan pendidikan menjadi sangat menarik meskipun bukan berasal dari praktisi pendidikan. Terlebih lagi terhadap informasi tentang pengalaman tema guru mengelola pembelajaran, baik dalam ruangan maupun di luar ruangan, baik luring maupun daring.

Aktivitas berbagi pengalaman praktik baik sesama guru dalam pendidikan calon guru penggerak dilakukan secara luring maupun daring. Berbagi pengalaman dan pemikiran/dilakukan secara daring dilakuan pada loka karya.  Sedangkan pada aktivitas berbagi secara daring dilakukan melalui diskusi asinkron dengan menulis dan menanggapi postingan di blog maupun melalui diskusi sinkron pada ruang kolaborasi dan elaborasi konsep.

Banner 3 Banner 4

Diskusi Virtual di Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi diberikan kepada peserta untuk menggali potensi yang dimiliki diri sendiri sekaligus teman - teman dalam satu kelompok. Ruang kolaborasi dimulai dengan diskusi virtual yang dipandu oleh Fasilitator mengenai topik tertentu sesuai dengan tema pada modul yang sedang dipelajari. Dilanjutkan dengan diskusi pada kelompok kecil membahas persoalan(stimulus) yang diajukan.  Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada ruang utama. Ada ruang utama dan ruang diskusi kelompok. Ini menarik bagi peserta.
Meskipun dilakukan secara virtual, namun membawa dampak yang sangat positif bagi peserta. Bukan hanya sebagai wahana silaturahmi secara online, namun juga merupakan kesempatan berbagi praktik baik dengan sesama peserta sekaligus menjadi wahana untuk menemukan solusi atas. Permasalahan yang dihadapi tempat kerja. Pengalaman baik dari peserta disampaikan, solusi untuk persoalan dipecahkan bersama. Diskusi yang dihadiri Pengajar Praktik dengan dipandu oleh Fasilitator membuat peserta dapat menjalani proses dengan baik dan terarah.

Kolaborasi yang dibangun  dalam satu kelompok baik dalam diskusi maupun presentasi memberikan pengalaman berharga bagi peserta. Betapa tidak dalam peserta dapat memecahkan kasus pembelajaran yang diajukan dalam tugas kelompok secara bersama. Jika dilakukan secara mandiri mungkin cukup rumit, namun dengan kolaborasi bisa menghemat waktu dan energi.  

Pengalaman dari masing -masing peserta yang berasal dari berbagai tempat berbeda tentunya menambah dan memperluas wawasan pemahaman yang dimiliki peserta. Peserta yang berasal dari jenjang sekolah dasar dapat belajar dari peserta yang berasal dari TK maupun SMP. Disini peserta dapat saling berbagi dan menerima masukan dari peserta lain. Terkadang masukan berupa kritik maupun saran. Apapun itu tentunya berpengaruh positif bagi peserta baik dalam segi sikap maupun ketrampilan yang dimiliki.  Dengan sendirinya peserta mendapat kesempatan untuk belajar menjadi guru yang bijak.
Banner 5 Banner 6

Due date

Due date terkadang menjadi momok yang amat menakutkan. Bukan karena konsekuensinya, namun karena ingin memaksimalkan pelaksanaan tugas. Harapan tidak akan menyesal suatu hari nanti. Ia bahkan tertanam dalam pikiran dan dibawa ke mana saja kaki melangkah. Apakah yang seperti ini berdampak pada kinerja seseorang? Jawaban yang sesungguhnya tentu ada dibenak masing-masing individu. Semua orang mungkin saja memiliki jawaban yang beragam. Karena kondisinya berbeda antar orang satu dengan orang yang lain. 

Coba bayangkan, demi menyelesaikan tugas sebelum due date, seseorang rela tidak tidur semalaman. Boleh jadi seseorang akan mengalami masalah kesehatan akibat hal itu. Namun tentunya semua orang memiliki alasan yang bisa dipertanggungjawabkan atas keputusannya. Mungkin seseorang sudah mengantisipasi akan munculnya hal-hal  yang kurang menyenangkan, dengan menyiapkan langkah strategis untuk mengatasinya. Tentunya kembali lagi  kepada diri pribadi.

Satu hal yang perlu diperhatikan bagi orang yang mungkin memilih kesibukan tinggi atau memiliki tugas yang padat, semestinya memperhatikan dan memahami kondisi tubuh. Siapa yang lebih memahami kondisi, jika bukan diri sendiri. Manajemen waktu atau manajemen diri menjadi amat penting. Jika tidak maka resiko siap menghadang. 

Setengah orang menganggap bahwa momentum sangat berharga dan akan diperjuangkannya sekuat tenaga. Due date merupakan bagian dari momentum. Untuk itu ia mengatur waktu tidur, waktu makan, porsi makan, kadar gizi, maupun tempat tidur dan suasana lingkungan ketika ia tidur. Tidur berkualitas tentunya akan memperkuat pertahanan tubuh. Sebaliknya kurang tidur dapat berpengaruh pada situasi terpapar resiko gangguan kesehatan. Tidaklah harus tidur dalam waktu yang lama untuk mendapatkan kenyamanan. Namun kualitas tidur yang lebih diharapkan. Begitu pula dengan makanan. Kita semua paham bahwa energi yang kita butuhkan setiap hari pada umumnya berasal dari makanan yang kita makan. Baik buruknya kualitas makanan berpengaruh pada kesehatan dan daya tahan tubuh.


Italian_728*90

Loka 2 Budaya Positif

Dalam kegiatan lokakarya CGP dapat belajar dengan cara melakukan simulasi penerapan budaya positif di sekolah. Aktivitas yang dilakukan antara lain; simulasi membuat keyakinan kelas, simulasi segitiga  restitusi, serta diskusi tentang visi guru penggerak. 
Kegiatan yang dilakukan dalam lokakarya sebenarnya bukan hanya simulasi. Sebelumnya Pengajar Praktik sebagai pembimbing memaparkan mater dari mata diklat secara tatap muka kepada peserta CGP disertai diskusi. Tidak ketinggalan Pengajar Praktik melengkapi aktivitasnya dengan melatih cara melakukan tepuk di kelas. Tepuk yang dipelajari yaitu tepuk semangat dan tepuk konsentrasi.

Materi yang disampaikan dalam  pemaparan terkait Visi, prakarsa perubahan dengan pendekatan BAGJA serta Budaya Positif. Visi dibuat guna menggapai tujuan belajar yang utama yaitu mewujudkan profil pelajar Pancasila. Setelah membuat visi, dilanjutkan dengan prakarsa perubahan. Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan prakarsa perubahan dikenal dengan istilah BAGJA, yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi,  Jabarkan rencana, serta Atur eksekusi. BAGJA dalam bahasa Sunda maknanya bahagia.

Sebelum melakukan simulasi pembentukan keyakinan kelas dan restitusi terlebih dahulu melakukan diskusi kelompok besar tentang tahap penyusunan keyakinan kelas dan proses restitusi.
Simulasi penyusunan keyakinan kelas dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 3 orang perkelompok sedangkan simulasi restitusi dilaksanak dalam kelompok yang lebih kecil dengan jumlah anggota 3 orang setiap kelompok.
Pada simulasi penyusunan keyakinan kelas semua anggota kelompok memilik tugas berkesinambungan yang memungkinkan semua anggota malaksanakan simulasi secara aktif. Sedangkan pada simulasi restitusi setiap kelompok dihadapkan pada tiga kasus yang berbeda sehingga setiap anggota kelompok berganti peran secara berurutan sebagai guru, murid serta pemantau pada kasus yang berbeda.
Dari kegiatan ini banyak hal yang dapat dipetik sebagai proses belajar....
Italian_160*600 German_728*90

Mulai Dari Diri

Proses belajar pada program pendidikan calon guru penggerak dimulai dari diri sendiri. Dengan merefleksi materi yang dipelajari pada modul di LMS dengan pengalaman mengajar yang sudah dilakukan dalam keseharian. Apakah cara mengajar sehari - hari sudah sesuai dengan materi pada modul, ataukah sebaliknya. Jika sudah sesuai tentunya ini merupakan hal yang baik. Namun jika belum hendaknya berusaha mengimplementasikan materi yang dipelajari pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Begitu pula dengan cara pandang terhadap pendidikan. 
Pada dasarnya proses belajar yang baik berpihak pada murid. Karena pendidikan hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia. Berpihak pada murid maknanya berorientasi pada murid. Semua upaya yang dilakukan semata-mata untuk kebaikan murid. Agar murid bahagia dan selamat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dimana ia berada. Sikap yang seperti ini sesuai dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. 

Manusia yang sejak lahir tumbuh dan berkembang dengan keunikannya masing-masing bukan lagi seperti kertas kosong. Melainkan seperti kertas yang sudah ada goresan - goresan tipis, berbeda satu dengan yang lain. Guru hanya menebalkan goresan - goresan yang baik yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Perubahan cara pandang terhadap manusia mungkin belum bisa diterima oleh semua orang. Setidaknya CGP berani melakukannya, karena akan berpengaruh pada langkah pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan bersama murid.

Setelah melakukan aktifitas pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara, kemudian melakukan aktifitas berbagi praktik baik agar berdampak pada rekan-rekan guru di sekitarnya. Proses berbagi bisa dilakukan dengan berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik secara luring maupun daring.


German_160*600 300*250 728*90

Diskusi

 



Diskusi merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan diskusi kita bisa menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan dengan lebih cepat, serta dapat menemukan cara terbaik dalam menyelesaikan masalah. Baik masalah pribadi seseorang maupun masalah bersama suatu masyarakat ataupun bangsa dan negara. Pendek kata, diskusi merupakan salah satu solusi atau jalan menemukan solusi. Itulah, mengapa ketrampilan berdiskusi perlu dilatih sejak dini, sejak anak-anak masih kecil. Agar dalam perjalannya ia mampu dengan mudah menyelesaikan masalahnya. Terlebih Maslah bersama pada zamannya. Namun seberapa efektifkah diskusi ? Benarkah ia dapat menyelesaikan semua jenis masalah? Atau menemukan solusi atas semua masalah?
Diskusi tentunya akan efektif jika dilakukan dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan baik mungkin setelah diskusi bukan solusi untuk selesai dari masalah, namun justru menambah masalah baru atau masalah menjadi semakin parah. Itulah sebabnya, mengapa ketrampilan berdiskusi perlu diajarkan sejak masih kecil. Kalau begitu apa sih hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi? Setiap orang mungkin mempunyai pandangan berbeda akan hal ini. Tentunya berdasarkan atas pengalaman masing-masing yang kemungkinan besar tidaklah sama. Oleh sebab itu jika nanti menjumpai sesuatu yang berbeda dengan pandangan anda dalam ulasan ini, anggaplah itu sebagai perbedaan cara pandang manusia yang tidak mungkin ada sama persis dan dalam semua hal. 

Kita semua paham bahwa diskusi tidak mungkin dilakukan seorang diri. Ia melibatkan orang lain. Baik orang dekat dalam hubungan personal maupun orang baru kita kenal. Kedua macam orang tentunya akan berbeda dalam menyikapinya. Namun siapapun itu dalam diskusi kita harus senantiasa menjaga kesopanan agar semua berjalan lancar tanpa ada suatu halangan  yang  berarti. Kesopanan yang dimaksud tentunya bukan hanya pada segi ucapan, namun juga tingkah laku. Bedanya bagi seseorang yang sudah amat dekat hubungannya, biasanya perilaku apapun akan mudah diterima karena sudah saling memahami. Namun bagi orang yang baru kenal, mungkin dalam hati masih bertanya-tanya mengenai maksud dari apa yang sedang dibicarakan maupun apa maksud dari tindakan seseorang. Pada intinya kesopanan akan menjaga hubungan baik dengan semua orang. 

Bagi orang - orang tertentu yang sangat sopan mungkin akan menjadi sedikit masalah, dan membuat merasa kurang nyaman. Dengan demikian bagi orang-orang yang sudah terlalu dekat mungkin gaya bicara yang formal menjadi tidak lagi diperlukan bahkan berpotensi menimbulkan kerenggangan. Sehingga ide cemerlang tidak akan muncul di tengah ketidaknyamanan. Oleh sebab itu kita harus pandai-pandai memahami situasi. 

Pusat pembicaraan dalam diskusi  adalah masalah yang ingin dipecahkan. Membicarakan sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan.masalah yang didiskusikan mungkin akan menghambat jalannya diskusi. Disamping memecahkan konsentrasi juga berpotensi  menghambat akan munculnya ide atau gagasan. Disamping konsentrasi terhadap suatu permasalahan yang menjadi topik diskusi juga perlu menjaga perasaan peserta diskusi. Bagaimana maksudnya? Apa maksud yang sebenarnya akan saya sampaikan adalah bahwa gagasan/ide cemerlang tidak akan muncul jika peserta diskusi merasakan sebagai atasan dan bawahan. Oleh sebab itu suasana yang perlu dibangun dalam diskusi adal situasi setara. Walaupun pada kenyataannya di luar diskusi masing-masing peserta diskusi memiliki posisi yang berbeda. 
   

120*600 120*600