Diskusi Virtual di Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi diberikan kepada peserta untuk menggali potensi yang dimiliki diri sendiri sekaligus teman - teman dalam satu kelompok. Ruang kolaborasi dimulai dengan diskusi virtual yang dipandu oleh Fasilitator mengenai topik tertentu sesuai dengan tema pada modul yang sedang dipelajari. Dilanjutkan dengan diskusi pada kelompok kecil membahas persoalan(stimulus) yang diajukan.  Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada ruang utama. Ada ruang utama dan ruang diskusi kelompok. Ini menarik bagi peserta.
Meskipun dilakukan secara virtual, namun membawa dampak yang sangat positif bagi peserta. Bukan hanya sebagai wahana silaturahmi secara online, namun juga merupakan kesempatan berbagi praktik baik dengan sesama peserta sekaligus menjadi wahana untuk menemukan solusi atas. Permasalahan yang dihadapi tempat kerja. Pengalaman baik dari peserta disampaikan, solusi untuk persoalan dipecahkan bersama. Diskusi yang dihadiri Pengajar Praktik dengan dipandu oleh Fasilitator membuat peserta dapat menjalani proses dengan baik dan terarah.

Kolaborasi yang dibangun  dalam satu kelompok baik dalam diskusi maupun presentasi memberikan pengalaman berharga bagi peserta. Betapa tidak dalam peserta dapat memecahkan kasus pembelajaran yang diajukan dalam tugas kelompok secara bersama. Jika dilakukan secara mandiri mungkin cukup rumit, namun dengan kolaborasi bisa menghemat waktu dan energi.  

Pengalaman dari masing -masing peserta yang berasal dari berbagai tempat berbeda tentunya menambah dan memperluas wawasan pemahaman yang dimiliki peserta. Peserta yang berasal dari jenjang sekolah dasar dapat belajar dari peserta yang berasal dari TK maupun SMP. Disini peserta dapat saling berbagi dan menerima masukan dari peserta lain. Terkadang masukan berupa kritik maupun saran. Apapun itu tentunya berpengaruh positif bagi peserta baik dalam segi sikap maupun ketrampilan yang dimiliki.  Dengan sendirinya peserta mendapat kesempatan untuk belajar menjadi guru yang bijak.
Banner 5 Banner 6

Due date

Due date terkadang menjadi momok yang amat menakutkan. Bukan karena konsekuensinya, namun karena ingin memaksimalkan pelaksanaan tugas. Harapan tidak akan menyesal suatu hari nanti. Ia bahkan tertanam dalam pikiran dan dibawa ke mana saja kaki melangkah. Apakah yang seperti ini berdampak pada kinerja seseorang? Jawaban yang sesungguhnya tentu ada dibenak masing-masing individu. Semua orang mungkin saja memiliki jawaban yang beragam. Karena kondisinya berbeda antar orang satu dengan orang yang lain. 

Coba bayangkan, demi menyelesaikan tugas sebelum due date, seseorang rela tidak tidur semalaman. Boleh jadi seseorang akan mengalami masalah kesehatan akibat hal itu. Namun tentunya semua orang memiliki alasan yang bisa dipertanggungjawabkan atas keputusannya. Mungkin seseorang sudah mengantisipasi akan munculnya hal-hal  yang kurang menyenangkan, dengan menyiapkan langkah strategis untuk mengatasinya. Tentunya kembali lagi  kepada diri pribadi.

Satu hal yang perlu diperhatikan bagi orang yang mungkin memilih kesibukan tinggi atau memiliki tugas yang padat, semestinya memperhatikan dan memahami kondisi tubuh. Siapa yang lebih memahami kondisi, jika bukan diri sendiri. Manajemen waktu atau manajemen diri menjadi amat penting. Jika tidak maka resiko siap menghadang. 

Setengah orang menganggap bahwa momentum sangat berharga dan akan diperjuangkannya sekuat tenaga. Due date merupakan bagian dari momentum. Untuk itu ia mengatur waktu tidur, waktu makan, porsi makan, kadar gizi, maupun tempat tidur dan suasana lingkungan ketika ia tidur. Tidur berkualitas tentunya akan memperkuat pertahanan tubuh. Sebaliknya kurang tidur dapat berpengaruh pada situasi terpapar resiko gangguan kesehatan. Tidaklah harus tidur dalam waktu yang lama untuk mendapatkan kenyamanan. Namun kualitas tidur yang lebih diharapkan. Begitu pula dengan makanan. Kita semua paham bahwa energi yang kita butuhkan setiap hari pada umumnya berasal dari makanan yang kita makan. Baik buruknya kualitas makanan berpengaruh pada kesehatan dan daya tahan tubuh.


Italian_728*90

Loka 2 Budaya Positif

Dalam kegiatan lokakarya CGP dapat belajar dengan cara melakukan simulasi penerapan budaya positif di sekolah. Aktivitas yang dilakukan antara lain; simulasi membuat keyakinan kelas, simulasi segitiga  restitusi, serta diskusi tentang visi guru penggerak. 
Kegiatan yang dilakukan dalam lokakarya sebenarnya bukan hanya simulasi. Sebelumnya Pengajar Praktik sebagai pembimbing memaparkan mater dari mata diklat secara tatap muka kepada peserta CGP disertai diskusi. Tidak ketinggalan Pengajar Praktik melengkapi aktivitasnya dengan melatih cara melakukan tepuk di kelas. Tepuk yang dipelajari yaitu tepuk semangat dan tepuk konsentrasi.

Materi yang disampaikan dalam  pemaparan terkait Visi, prakarsa perubahan dengan pendekatan BAGJA serta Budaya Positif. Visi dibuat guna menggapai tujuan belajar yang utama yaitu mewujudkan profil pelajar Pancasila. Setelah membuat visi, dilanjutkan dengan prakarsa perubahan. Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan prakarsa perubahan dikenal dengan istilah BAGJA, yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi,  Jabarkan rencana, serta Atur eksekusi. BAGJA dalam bahasa Sunda maknanya bahagia.

Sebelum melakukan simulasi pembentukan keyakinan kelas dan restitusi terlebih dahulu melakukan diskusi kelompok besar tentang tahap penyusunan keyakinan kelas dan proses restitusi.
Simulasi penyusunan keyakinan kelas dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 3 orang perkelompok sedangkan simulasi restitusi dilaksanak dalam kelompok yang lebih kecil dengan jumlah anggota 3 orang setiap kelompok.
Pada simulasi penyusunan keyakinan kelas semua anggota kelompok memilik tugas berkesinambungan yang memungkinkan semua anggota malaksanakan simulasi secara aktif. Sedangkan pada simulasi restitusi setiap kelompok dihadapkan pada tiga kasus yang berbeda sehingga setiap anggota kelompok berganti peran secara berurutan sebagai guru, murid serta pemantau pada kasus yang berbeda.
Dari kegiatan ini banyak hal yang dapat dipetik sebagai proses belajar....
Italian_160*600 German_728*90

Mulai Dari Diri

Proses belajar pada program pendidikan calon guru penggerak dimulai dari diri sendiri. Dengan merefleksi materi yang dipelajari pada modul di LMS dengan pengalaman mengajar yang sudah dilakukan dalam keseharian. Apakah cara mengajar sehari - hari sudah sesuai dengan materi pada modul, ataukah sebaliknya. Jika sudah sesuai tentunya ini merupakan hal yang baik. Namun jika belum hendaknya berusaha mengimplementasikan materi yang dipelajari pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Begitu pula dengan cara pandang terhadap pendidikan. 
Pada dasarnya proses belajar yang baik berpihak pada murid. Karena pendidikan hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia. Berpihak pada murid maknanya berorientasi pada murid. Semua upaya yang dilakukan semata-mata untuk kebaikan murid. Agar murid bahagia dan selamat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dimana ia berada. Sikap yang seperti ini sesuai dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. 

Manusia yang sejak lahir tumbuh dan berkembang dengan keunikannya masing-masing bukan lagi seperti kertas kosong. Melainkan seperti kertas yang sudah ada goresan - goresan tipis, berbeda satu dengan yang lain. Guru hanya menebalkan goresan - goresan yang baik yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Perubahan cara pandang terhadap manusia mungkin belum bisa diterima oleh semua orang. Setidaknya CGP berani melakukannya, karena akan berpengaruh pada langkah pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan bersama murid.

Setelah melakukan aktifitas pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara, kemudian melakukan aktifitas berbagi praktik baik agar berdampak pada rekan-rekan guru di sekitarnya. Proses berbagi bisa dilakukan dengan berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik secara luring maupun daring.


German_160*600 300*250 728*90

Diskusi

 



Diskusi merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan diskusi kita bisa menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan dengan lebih cepat, serta dapat menemukan cara terbaik dalam menyelesaikan masalah. Baik masalah pribadi seseorang maupun masalah bersama suatu masyarakat ataupun bangsa dan negara. Pendek kata, diskusi merupakan salah satu solusi atau jalan menemukan solusi. Itulah, mengapa ketrampilan berdiskusi perlu dilatih sejak dini, sejak anak-anak masih kecil. Agar dalam perjalannya ia mampu dengan mudah menyelesaikan masalahnya. Terlebih Maslah bersama pada zamannya. Namun seberapa efektifkah diskusi ? Benarkah ia dapat menyelesaikan semua jenis masalah? Atau menemukan solusi atas semua masalah?
Diskusi tentunya akan efektif jika dilakukan dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan baik mungkin setelah diskusi bukan solusi untuk selesai dari masalah, namun justru menambah masalah baru atau masalah menjadi semakin parah. Itulah sebabnya, mengapa ketrampilan berdiskusi perlu diajarkan sejak masih kecil. Kalau begitu apa sih hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi? Setiap orang mungkin mempunyai pandangan berbeda akan hal ini. Tentunya berdasarkan atas pengalaman masing-masing yang kemungkinan besar tidaklah sama. Oleh sebab itu jika nanti menjumpai sesuatu yang berbeda dengan pandangan anda dalam ulasan ini, anggaplah itu sebagai perbedaan cara pandang manusia yang tidak mungkin ada sama persis dan dalam semua hal. 

Kita semua paham bahwa diskusi tidak mungkin dilakukan seorang diri. Ia melibatkan orang lain. Baik orang dekat dalam hubungan personal maupun orang baru kita kenal. Kedua macam orang tentunya akan berbeda dalam menyikapinya. Namun siapapun itu dalam diskusi kita harus senantiasa menjaga kesopanan agar semua berjalan lancar tanpa ada suatu halangan  yang  berarti. Kesopanan yang dimaksud tentunya bukan hanya pada segi ucapan, namun juga tingkah laku. Bedanya bagi seseorang yang sudah amat dekat hubungannya, biasanya perilaku apapun akan mudah diterima karena sudah saling memahami. Namun bagi orang yang baru kenal, mungkin dalam hati masih bertanya-tanya mengenai maksud dari apa yang sedang dibicarakan maupun apa maksud dari tindakan seseorang. Pada intinya kesopanan akan menjaga hubungan baik dengan semua orang. 

Bagi orang - orang tertentu yang sangat sopan mungkin akan menjadi sedikit masalah, dan membuat merasa kurang nyaman. Dengan demikian bagi orang-orang yang sudah terlalu dekat mungkin gaya bicara yang formal menjadi tidak lagi diperlukan bahkan berpotensi menimbulkan kerenggangan. Sehingga ide cemerlang tidak akan muncul di tengah ketidaknyamanan. Oleh sebab itu kita harus pandai-pandai memahami situasi. 

Pusat pembicaraan dalam diskusi  adalah masalah yang ingin dipecahkan. Membicarakan sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan.masalah yang didiskusikan mungkin akan menghambat jalannya diskusi. Disamping memecahkan konsentrasi juga berpotensi  menghambat akan munculnya ide atau gagasan. Disamping konsentrasi terhadap suatu permasalahan yang menjadi topik diskusi juga perlu menjaga perasaan peserta diskusi. Bagaimana maksudnya? Apa maksud yang sebenarnya akan saya sampaikan adalah bahwa gagasan/ide cemerlang tidak akan muncul jika peserta diskusi merasakan sebagai atasan dan bawahan. Oleh sebab itu suasana yang perlu dibangun dalam diskusi adal situasi setara. Walaupun pada kenyataannya di luar diskusi masing-masing peserta diskusi memiliki posisi yang berbeda. 
   

120*600 120*600

Aksi Nyata Budaya Positif

Aksi Nyata merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam menerapkan materi yang dipelajari dari modul ajar melalui Learning Management System (LMS) pada pendidikan calon guru penggerak. Setelah mempelajari materi pada modul peserta melaksanakan aksi menerapkannya di lingkungan tempat bekerja. Aksi Nyata direkam dan diunggah ke LMS untuk diperiksa oleh Fasilitator. 

Modul 1.4  membahas materi Budaya Positif di sekolah. Peserta CGP diharapkan setelah mempelajari materi budaya positif dapat mengimplementasikannya di sekolah. Beberapa materi disajikan dalam modul ini. Diantaranya perubahan paradigma pendidikan, teori kontrol, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku, keyakinan kelas, serta segitiga restitusi. 

Disini peserta belajar tentang perubahan paradigma belajar berdasarkan teori kontrol, motivasi belajar yang perlu dibangun/ditumbuhkan dalam diri murid, memahami kebutuhan dasar setiap murid, serta langkah menerapkan konsep segitiga restitusi di sekolah. Setiap perilaku memiliki tujuan, guru hendaknya memahami tujuan murid dalam melakukan sesuatu. Dengan memahami tujuan, guru dapat mengarahkan murid untuk memilih langkah terbaiknya dalam  mewujudkan cita-cita atau keinginan. Murid diajak menganalisis tindakan yang sudah dilakukanya, kemudian menentukan langkah terbaik bagi dirinya dalam mencapai tujuan belajarnya. Demikianlah kira-kira apa yang dipelajari terkait konsep restitusi.

Setiap murid ada dalam kondisi yang berbeda dengan murid yang lain. Dengan bimbingan guru dalam menerapkan segitiga restitusi, murid memilih dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan setelah menganalisis tindakan sebelumnya. Tindakan yang akan dilakukan adalah yang sesuai dengan kondisi murid dan paling mudah dilakukan. Dengan melakukan cara yang paling mudah niscaya murid akan merasa senang dan tidak merasa terbebani dalam mencapai tujuan. 

Setelah melaksanakan aksi menerapkan segitiga restitusi dengan murid, CGP melakukan pemaparan kepada rekan-rekan guru yang ada di sekitarnya. Target guru yang menjadi sasaran pemaparan/pengimbasan minimal sepuluh orang dengan durasi pemaparan minimal enam puluh menit. Pada pemaparan terhadap rekan-rekan guru, CGP menyampaikan garis besar materi yang ada dalam modul Budaya Positif yang meliputi, perubahan paradigma belajar, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, teori kontrol serta segitiga restitusi. Disamping memaparkan materi budaya positif, CGP juga membagikan aksi nyata yang sudah dilakukan di sekolah kepada peserta pengimbasan. Kegiatan ini memberikan gambaran yang lebih kongkrit mengenai implementasi materi yang didapat telah dalam pengimbasan.

Seperti kegiatan yang dilakukan di sekolah terhadap murid, kegiatan pemaparan kepada rekan guru juga direkam dan diunggah ke LMS.



Apa yang sudah saya lakukan? 

Setelah mempelajari materi budaya positif di LMS melalui diskusi pada ruang kolaborasi selanjutnya melakukan aksi menerapkan materi di kelas. Langkah yang pertama kali dilakukan adalah menemukan masalah dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya menemui murid untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait kondisi murid tersebut. Pertanyaan pertama dilakukan untuk menstabilkan identitas, selanjutnya melakukan tahapan - tahapan restitusi. (Detail tentang langkah pada restitusi mungkin memerlukan waktu yang lain. )

Setelah melakukan restitusi di kelas selanjutnya persiapan melakukan pengimbasan. Usaha ini dimulai dengan meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk kelancaran kegiatan. Setelah kepala sekolah, selanjutnya meminta ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) karena sasaran pengimbasan adalah rekan-rekan guru yang notabenenya merupakan anggota KKG. Bersama pengurus KKG mendiskusikan waktu dan hal ihwal terkait kegiatan KKG. Penyusunan jadwal dan undangan peserta dilakukan pengurus dengan tetap melakukan koordinasi bersama CGP. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pelaksanaan. 

Pada hari yang ditentukan kegiatan KKG dalam satu daerah binaan, setelah pembukaan dan sambutan-sambutan, saya sebagai CGP melakukan pemaparan tentang budaya positif di sekolah kepada peserta KKG yang hadir. Untuk merekam kegiatan, saya menggunakan kamera telepon yang ditopang dengan tripod. Sedangkan proses mengedit vidio dilakukan menggunakan aplikasi yang terpasang pada perangkat selular.
300*250 728*90

Keberpihakan kepada siapa


Guru adalah orang tua, orang tua adalah guru. Keduanya sama-sama penting bagi kehidupan seorang anak. Baik kini maupun masa yang akan datang. Mengapa menjadi penting? Semua tentu sudah tahu bahwa baik guru maupun orang tua berpikir dan berusaha untuk kebaikan anak. Baik anak kandung maupun anak murid.


Guru merupakan orang tua bagi murid ketika berada di sekolah, sedangkan orang tua adalah guru bagi anak-anak ketika ia berada di rumah. Bahkan orang tua telah menjadi guru yang pertama bagi anaknya sejak ia masih kecil atau ketika baru lahir. Orang tua yang mengajarkan anak-anak berbicara, bergerak serta berpikir.  Cara orang tua berbicara dengan orang lain maupun berbicara dengan diri sendiri berpengaruh terhadap gaya bicara anak-anak sebelum ia belajar dengan guru yang lain. Begitu pula dengan cara orang tua bersikap dan berperilaku, serta sopan santun dalam bergaul membawa dampak yang mendalam pada perangai anak. 


Guru di sekolah memainkan peran sebagai orang tua. Sebagai orang tua tentunya apapun yang yang ia lakukan memiliki tujuan semata-mata hanya untuk kebaikan anak-anak. Harapannya anak -anak menjadi pribadi yang unggul dan terpuji. Bukan hanya pandai, namun lebih jauh dari itu menjadi pribadi yang mandiri terampil, berpegang kepada kebenaran, serta berguna dan bermanfaat bagi orang lain. 


Keberpihakan kepada murid seperti di atas sebenarnya sudah menjadi sifat dasar seorang guru. Mana ada guru yang tidak menginginkan muridnya berhasil, serta menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Namun tidak semua guru dapat mewujudkan keberpihakan kepada murid dengan langkah -langkah yang tepat sesuai kondisi murid. Karena tidak didukung dengan teori-teori dan contoh yang dapat diduplikasi.


Di dalam program pendidikan calon guru penggerak, keberpihakan kepada murid merupakan materi penting yang wajib dipelajari. Baik belajar secara mandiri melalui LMS maupun belajar dari pengalaman orang lain melalui diskusi dan pemaparan. Materi yang disajikan disertai teori dan contoh -contoh yang saat ditiru.


300*250 728*90