Diskusi
Aksi Nyata Budaya Positif
Aksi Nyata merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam menerapkan materi yang dipelajari dari modul ajar melalui Learning Management System (LMS) pada pendidikan calon guru penggerak. Setelah mempelajari materi pada modul peserta melaksanakan aksi menerapkannya di lingkungan tempat bekerja. Aksi Nyata direkam dan diunggah ke LMS untuk diperiksa oleh Fasilitator.
Modul 1.4 membahas materi Budaya Positif di sekolah. Peserta CGP diharapkan setelah mempelajari materi budaya positif dapat mengimplementasikannya di sekolah. Beberapa materi disajikan dalam modul ini. Diantaranya perubahan paradigma pendidikan, teori kontrol, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku, keyakinan kelas, serta segitiga restitusi.
Disini peserta belajar tentang perubahan paradigma belajar berdasarkan teori kontrol, motivasi belajar yang perlu dibangun/ditumbuhkan dalam diri murid, memahami kebutuhan dasar setiap murid, serta langkah menerapkan konsep segitiga restitusi di sekolah. Setiap perilaku memiliki tujuan, guru hendaknya memahami tujuan murid dalam melakukan sesuatu. Dengan memahami tujuan, guru dapat mengarahkan murid untuk memilih langkah terbaiknya dalam mewujudkan cita-cita atau keinginan. Murid diajak menganalisis tindakan yang sudah dilakukanya, kemudian menentukan langkah terbaik bagi dirinya dalam mencapai tujuan belajarnya. Demikianlah kira-kira apa yang dipelajari terkait konsep restitusi.
Setiap murid ada dalam kondisi yang berbeda dengan murid yang lain. Dengan bimbingan guru dalam menerapkan segitiga restitusi, murid memilih dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan setelah menganalisis tindakan sebelumnya. Tindakan yang akan dilakukan adalah yang sesuai dengan kondisi murid dan paling mudah dilakukan. Dengan melakukan cara yang paling mudah niscaya murid akan merasa senang dan tidak merasa terbebani dalam mencapai tujuan.
Setelah melaksanakan aksi menerapkan segitiga restitusi dengan murid, CGP melakukan pemaparan kepada rekan-rekan guru yang ada di sekitarnya. Target guru yang menjadi sasaran pemaparan/pengimbasan minimal sepuluh orang dengan durasi pemaparan minimal enam puluh menit. Pada pemaparan terhadap rekan-rekan guru, CGP menyampaikan garis besar materi yang ada dalam modul Budaya Positif yang meliputi, perubahan paradigma belajar, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, teori kontrol serta segitiga restitusi. Disamping memaparkan materi budaya positif, CGP juga membagikan aksi nyata yang sudah dilakukan di sekolah kepada peserta pengimbasan. Kegiatan ini memberikan gambaran yang lebih kongkrit mengenai implementasi materi yang didapat telah dalam pengimbasan.
Seperti kegiatan yang dilakukan di sekolah terhadap murid, kegiatan pemaparan kepada rekan guru juga direkam dan diunggah ke LMS.
Keberpihakan kepada siapa
Guru adalah orang tua, orang tua adalah guru. Keduanya sama-sama penting bagi kehidupan seorang anak. Baik kini maupun masa yang akan datang. Mengapa menjadi penting? Semua tentu sudah tahu bahwa baik guru maupun orang tua berpikir dan berusaha untuk kebaikan anak. Baik anak kandung maupun anak murid.
Guru merupakan orang tua bagi murid ketika berada di sekolah, sedangkan orang tua adalah guru bagi anak-anak ketika ia berada di rumah. Bahkan orang tua telah menjadi guru yang pertama bagi anaknya sejak ia masih kecil atau ketika baru lahir. Orang tua yang mengajarkan anak-anak berbicara, bergerak serta berpikir. Cara orang tua berbicara dengan orang lain maupun berbicara dengan diri sendiri berpengaruh terhadap gaya bicara anak-anak sebelum ia belajar dengan guru yang lain. Begitu pula dengan cara orang tua bersikap dan berperilaku, serta sopan santun dalam bergaul membawa dampak yang mendalam pada perangai anak.
Guru di sekolah memainkan peran sebagai orang tua. Sebagai orang tua tentunya apapun yang yang ia lakukan memiliki tujuan semata-mata hanya untuk kebaikan anak-anak. Harapannya anak -anak menjadi pribadi yang unggul dan terpuji. Bukan hanya pandai, namun lebih jauh dari itu menjadi pribadi yang mandiri terampil, berpegang kepada kebenaran, serta berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
Keberpihakan kepada murid seperti di atas sebenarnya sudah menjadi sifat dasar seorang guru. Mana ada guru yang tidak menginginkan muridnya berhasil, serta menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Namun tidak semua guru dapat mewujudkan keberpihakan kepada murid dengan langkah -langkah yang tepat sesuai kondisi murid. Karena tidak didukung dengan teori-teori dan contoh yang dapat diduplikasi.
Di dalam program pendidikan calon guru penggerak, keberpihakan kepada murid merupakan materi penting yang wajib dipelajari. Baik belajar secara mandiri melalui LMS maupun belajar dari pengalaman orang lain melalui diskusi dan pemaparan. Materi yang disajikan disertai teori dan contoh -contoh yang saat ditiru.
Pendampingan Individu
Pendampingan Individu di2jadwalkan dilakukan sebanyak 7 kali oleh Pengajar Praktik kepada Calon Guru Penggerak selama masa pendidikan. Pendampingan Individu merupakan layanan kepada CGP agar CGP dapat melaksanakan tugas belajarnya dengan baik sesuai harapan. Diantara bentuk layanan yang diterima CGP dalam proses pendampingan antara lain berupa konsultasi dan bimbingan terkait pelaksanaan tugas belajarnya dalam mengimplementasikan materi ajar di lingkungan tempat ia bekerja.
Pendampingan Individu dilakukan secara bergilir diantara CGP karena satu orang PP bertugas mendampingi lima orang CGP. Oleh karena itu jadwal pendampingan dibuat dengan kesepakatan antara PP dengan CGP agar proses pendampingan berjalan lancar.
Pada waktu yang disepakati PP hadir ke sekolah tempat CGP bekerja. PP memeriksa kesiapan CGP dengan mengajukan pertanyaan maupun melihat langsung kesiapan CGP di lokasi. Menanyakan kendala yang dialami maupun hal baik apa yang diperoleh selama mengikuti proses pendidikan. Selanjutnya PP memberikan saran dan solusi serta bimbingan demi lancarnya kegiatan. Disamping itu memeriksa sejauh mana CGP mewujudkan rencana yang ia buat di masa kegiatan lokakarya. Sebelumnya dalam kegiatan lokakarya CGP memetakan situasi yang ada dilingkungannya serta membuat rencana berdasarkan pemetaan tersebut.
Mungkin kedengarannya agak ribet bagi sebagian orang. Namun bagi yang menyukai tantangan, ini merupakan momen berharga untuk belajar dan berlatih agar kampuannya dapat terasah. Serta belajar hal-hal baru yang bermanfaat dalam melaksanakan pekerjaan maupun di luar jam kerja.
Pendidikan Calon Guru Penggerak didesain untuk tidak meninggalkan tempat kerja saat belajar dan tetap menunaikan tanggungjawab mendidik dan mengajar murid-murid. Hak-hak murid terutama kesempatan dalam belajar. Kegiatan belajar CGP dilakukan di luar jam belajar efektif. Pagi tetap mengajar, siang belajar. Bagi CGP kegiatan pendampingan juga berfungsi sebagai momentum untuk introspeksi diri atas apa-apa yang sudah direncanakan ataupun yang sudah dilakukan.
Editing Vidio
Salah satu hikmah mengikuti pendidikan calon guru penggerak adalah menjadi pribadi yang mau terus belajar. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Belajar secara langsung materi yang diberikan selama proses pendidikan CGP berlangsung. Maupun belajar secara mandiri dalam menentukan sendiri materi yang dipelajari sekaligus cara belajarnya. Cara yang kedua ini dikarenakan tugas yang diterima dan harus disetorkan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan memerlukan keterampilan tertentu untuk mewujudkannya. Tidak semua keterampilan yang diperlukan itu ada materinya dan diajarkan dalam program pelatihan calon guru penggerak. Peserta dengan inisiatif sendiri berusaha menemukan solusi untuk tugas yang ditanggung. Sebagian ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan dipelajari sendiri guna meningkatkan kapasitas diri sebagai insan pembelajar.
Sebagian materi terkait ketrampilan yang diperlukan memang diberikan dalam program pendidikan calon guru penggerak. Seperti ketrampilan membuat portofolio digital menggunakan Google Sites, cara belajar melalui LMS, maupun teori - teori serta paradigma yang berkembang dalam dunia pendidikan.atas yang dianggap
Dalam banyak aktivitas terkait pendidikan calon guru penggerak diperlukan dokumentasi baik berupa tulisan, audio, maupun vidio. Untuk menyajikan dokumentasi kegiatan bentuk Vidio memerlukan beberapa ketrampilan yang dipadukan sekaligus untuk menghasilkan produk. Katrampilan-ketrampilan tersebut ww; membuat rencana/desain, merekam/mengambil gambar, mengedit, bahkan presentasi.
Diantara beberapa aktivitas yang disebutkan di atas yang dianggap memakan banyak tenaga dan cukup melelahkan adalah aktivitas mengedit vidio. Aktvitas ini bagi sebagian mungkin tidak masalah di mudah saja. Namun bagi sebagian yang lain menguras.banyak tenaga dan pikiran. Lebih-lebih jika Vidio yang mau diedit memiliki durasi pemutaran yang cukup panjang. Ditambah lagi dengan prosesnya yang hanya mengandalkan telepon selular dengan kemampuan dan kapasitas ruang penyimpanan yang terbatas.
Mengedit video dengan durasi satu jam biasanya memerlukan waktu lebih dari satu jam, dua jam, atau bahkan lebih lama dari itu. Selain memperhatikan waktu untuk proses ini, hal yang tak kalah pentingnya adalah memahami jenis aplikasi yang digunakan serta karakteristik dari aplikasi tersebut.
Melibatkan diri ikut serta dalam program pendidikan CGP mau tidak mau belajar/berlatih cara mengedit vidio. Baik secara mandiri (otodidak) maupun dengan bimbingan dari mentor. Adanya momentun sangat berharga bagi yang sebelumnya telah memilik "ghirah' atau semangat untuk belajar. Momentum dinanti bahkan dicari. Sebab tidak mudah untuk menentukan pilihan tentang materi apa yang akan dipelajari dalam menerapkan/mewujudkan konsep belajar sepanjang hayat.
Digitalisasi
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari sejauh mana literasi bangsa tersebut. Kini kita mengenal berbagai literasi yang berkembang di masyarakat. Bukan hanya masyarakat suatu negara tetapi masyarakat dunia.
Diera industri 4.0 kemampuan menggunakan teknologi digital akan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Betapa tidak semua lini kehidupan mendapat manfaat dari kemajuan teknologi yang semakin pesat. Dengan teknologi menjadikan pekerjaan yang dulunya dirasa tidak mungkin , kini menjadi mungkin. Yang tadinya sulit menjadi mudah. Yang jauh terasa dekat.
Sebut saja bidang ekonomi. Kini pelaku ekonomi harus menguasai teknologi digital, serta mengaplikasikannya pada bidang usaha yang ditekuni. Proses digitalisasi tentunya membawa dampak yang sangat besar dalam usaha. Sebaliknya, pelaku usaha yang tidak menggunakan teknologi, lambat lain akan tergerus oleh perkembangan zaman. Zaman teru berubah, manusia harus terus berubah dan dinamis sejalan dengan perkembangan zaman.
Tidak ketinggalan, bidang pendidikan ikut tersentuh proses digitalisasi teknologi. Penyajian data dalam bidang pendidikan kini banyak dilakukan melalui media digital. Begitu pula dengan materi ajar atau materi pelajaran serta berbagai referensi dapat diakses melalui perangkat selular yang terkoneksi dengan internet. Dengan perangkat sederhana (untuk era sekarang) yang biasa digunakan oleh masyarakat, berbagai aktifitas dapat dilakukan dengan mudah. Kini banyak kegiatan belajar dilakukan menggunakan LMS (Learning Management System). Setengahnya menggunakan LMS secara langsung, setengahnya menggunakan LMS yang dikombinasi dengan kegiatan luring.
Penggunaan media digital untuk mengirim tugas belajar bukan lagi dilakukan kalangan mahasiswa semata, namun siswa SMP bahkan siswa kelas tinggi sudah mulai mengenal cara ini. Sebut 6 penggunaan Google Formulir untuk mengerjakan tugas secara online menggunakan perangkat telepon selular dan internet. Atau penggunaan media Canva untuk membuat desain grafis oleh siswa kelas 6 SD. Kenapa tidak, kini penggunaan telepon selular sudah dimulai sebelum siswa didik di kelas 6, bahkan sejak anak masih di kelas rendah. Sebagian memang sudah disediakan oleh orang sebagai alat bermain, sebagian meminjam perangkat selular milik orang tua atau teman.
Di saat penggunaan telepon selular begitu masif dikalangan masyarakat dan juga anak-anak, pengenalan literasi digital dipandang penting agar siswa dapat menggunakan alat teknologi dengan lebih bijak dan bermanfaat.
Tantangan
Zaman terus berubah. Teknologi terus berkembang. Manusia harus bisa mengimbangi perkembangan zaman. Jika tidak ia akan tertinggal. Perkembangan zaman yang amat cepat tentunya membawa tantangan tersendiri bagi bangsa dan umat manusia.
Dalam berbagai bidang pekerjaan, tantangan itu selalu ada. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Guru harus akrab dengan perkembangan zaman, serta mau menggunakannya dalam menunjang pekerjaan yang ia tekuni.
Selayaknya guru terus belajar dan belajar agar tidak ketinggalan. Siswa hari ini merupakan generasi yang berbeda dengan generasi anak-anak masa lalu. Kini anak-anak lebih cakap dan lebih akrab dalam berteman dan menggunakan teknologi. Informasi yang tidak ia dapatkan di sekolah bisa ia peroleh di luar sekolah.
Perkembangan teknologi tidak selalu berdampak baik. Ada juga hal-hal negatif yang harus diwaspadai. Jika dampak buruk terjadi akibat penggunaan teknologi, maka untuk mengurangi dampak tersebut tentunya dengan mengenali dan memahami bagaimana teknologi bekerja. Untuk itu guru mempunyai suatu tantangan untuk mengawal dan memantau kondisi tersebut.
Salah satu dampak teknologi yang lain adalah adanya kesenjangan kompetensi siswa dikarenakan perbedaan kesempatan dalam mengaksesnya. Sebagian memiliki kemampuan dapat belajar dengan cepat, namun sebagian yang lain justru melambat. Adanya perbedaan ini tentunya memerlukan penanganan yang berbeda pula. Ini yang disebut dengan pembelajaran diferensiasi. Kemampuan dalam memberikan layanan belajar dengan memperhatikan prinsip berdifensiasi tentunya memerlukan pengalaman disamping guru harus siap untuk belajar.
Kesiapan guru untuk mau belajar dari berbagai hal dan berbagai cara merupakan hal positif yang bisa mempengaruhi siswa. Guru yang demikian tentunya dapat menjadi teladan bagi muridnya dalam hal belajar dan mengelola semangat belajar. Kesiapan guru untuk terus belajar merupakan tantangan yang harus dihadapi di era teknologi.
Kesempatan belajar bagi guru kini terbuka lebar, baik secara daring maupun luring. Berbagai program dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru.