Guru adalah orang tua, orang tua adalah guru. Keduanya sama-sama penting bagi kehidupan seorang anak. Baik kini maupun masa yang akan datang. Mengapa menjadi penting? Semua tentu sudah tahu bahwa baik guru maupun orang tua berpikir dan berusaha untuk kebaikan anak. Baik anak kandung maupun anak murid.
Guru merupakan orang tua bagi murid ketika berada di sekolah, sedangkan orang tua adalah guru bagi anak-anak ketika ia berada di rumah. Bahkan orang tua telah menjadi guru yang pertama bagi anaknya sejak ia masih kecil atau ketika baru lahir. Orang tua yang mengajarkan anak-anak berbicara, bergerak serta berpikir. Cara orang tua berbicara dengan orang lain maupun berbicara dengan diri sendiri berpengaruh terhadap gaya bicara anak-anak sebelum ia belajar dengan guru yang lain. Begitu pula dengan cara orang tua bersikap dan berperilaku, serta sopan santun dalam bergaul membawa dampak yang mendalam pada perangai anak.
Guru di sekolah memainkan peran sebagai orang tua. Sebagai orang tua tentunya apapun yang yang ia lakukan memiliki tujuan semata-mata hanya untuk kebaikan anak-anak. Harapannya anak -anak menjadi pribadi yang unggul dan terpuji. Bukan hanya pandai, namun lebih jauh dari itu menjadi pribadi yang mandiri terampil, berpegang kepada kebenaran, serta berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
Keberpihakan kepada murid seperti di atas sebenarnya sudah menjadi sifat dasar seorang guru. Mana ada guru yang tidak menginginkan muridnya berhasil, serta menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Namun tidak semua guru dapat mewujudkan keberpihakan kepada murid dengan langkah -langkah yang tepat sesuai kondisi murid. Karena tidak didukung dengan teori-teori dan contoh yang dapat diduplikasi.
Di dalam program pendidikan calon guru penggerak, keberpihakan kepada murid merupakan materi penting yang wajib dipelajari. Baik belajar secara mandiri melalui LMS maupun belajar dari pengalaman orang lain melalui diskusi dan pemaparan. Materi yang disajikan disertai teori dan contoh -contoh yang saat ditiru.