Resume 2
Pelatihan Guru Menulis
Oleh: Pono
Narasumber :
Edi S. Mulyanta (Manager Operasional Penerbit Andi)
Moderator:
Aam Nurhasanah
Sebelum perkuliahan dimulai moderator memohon izin mengunci WAG untuk memudahkan proses perkuliahan.
Kuliah dibagi menjadi dua sesi. Pukul 19.00-20.00 WIB adalah sesi materi sedangkan pukul 20.00-21.00 WIB adalah sesi tanya jawab.
Mula-mula narasumber menyapa peserta.
Narasumber mengelola penerbitan hampir 20 tahun. Tugas narasumber pada industri penerbitan adalah mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Kemudian memetakan pesaing, dan target penulis yang menjadi sasaran. Setelah resume ditemukan, langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang kita pelajari.
“Terkadang memang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis.” Kata beliau
‘Hal inilah yang menarik, karena penerbit belajar dari data-data histori pemasaran sedangkan penulis terkadang telah melangkah lebih jauh dengan prediksi yang mungkin telah diplajari sebelumnya.” Beliau menambahkan.
Komunikasi harus dijalin antara calon penulis dengan calon penerbitnya, karena keduanya terkadang dalam cara pandang yang berlainan. Penulis menguasai konten, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran. Oleh karena itu langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan ‘link and match' antara data history dan data trend ke depan.
Penulis memerlukan media untuk menerbitkan buku sebagai kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan. Di samping masalah pasar yang diperhitungkan, setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing. Penerbit tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah yaitu IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) dan APTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi). Penerbit ini yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional.
IKAPI permainannya penerbitan dan percetakan murni mencari keuntungan, sedangkan APTI lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus lembaga pendidikan tinggi.
Secara Industri, IKAPI lebih mudah bergerak di pasar, karena genre terbitannya sangat luas dan mudah diterima berbagai kalayak. Target market APTI untuk lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan tinggi.
Pada umumnya penulis membagi penerbit menjadi dua kelompok besar, yaitu penerbit mayor dan penerbit minor. Penciri penerbit mayor dan minor semakin kentara dalam pemilihan kode nomor ISBN, untuk mempermudah skala produksi masing-masing penerbit. Dan hal ini digunakan oleh lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit tersebut.
Sebagai calon penulis dapat melihat pula histori hasil terbitan masing-masing penerbit untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan ke penerbit. Jikapenulis mempunyai tulisan Fiksi, penerbit yang memang kuat di pasar buku Fiksi, jangan keliru mengirimkan naskah ke penerbit yang lebih kuat di Non Fiksi.
Intuk pengenalan awal penawaran tulisan, penulis dapat membuat semacam proposal penawaran penerbitan buku terlebih dahulu. Proposal ini dapat dikirimkan ke e-mail penerbit yang menjadi sasaran penulis.
Isi Proposal meliputi:
1. Judul Utama Buku
2. Sub judul jika diperlukan (sub judul ini memberikan penciri tersendiri untuk mempermudah pencarian tema) Biasanya judul utama dapat sama dengan judul-judul yang ditulis oleh penulis lain, sub judul ini sebagai ciri khas dari tulisan penulis.
3. Outline lengkap, dalam bentuk Bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya.
4. Target pasar, misalnya buku ini untuk Guru, Murid, atau Orang tua, atau tulisan umum semua lapisan masyarakat
5. Curiicullum Vitae bapak ibu dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat kepakaran penulis di bidang apa, atau menonjol di bidang apa. Hal ini digunakan oleh bagian pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis tersebut.
Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika penulis menyertakan satu bab sampel untuk ditelaah oleh bagian editorial, agar dapat melihat gaya penyampaian penulis. Untuk melihat pemilihan kata (diksi) kalimat yang dipilih penulis, serta gaya penyampaiannya.
Pada tema-tema tertentu Gaya Penyampaian ini sangat diperlukan, agar dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya tertentu dari penulisnya. Misalnya penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif akan lebih banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat pasif.
Terkadang tanpa sadar penulis lebih banyak menggunakan kalimat pasif, karena saat kita skripsi, tesis, hingga disertasi 100 persen menggunakan kalimat pasif.
Jangan sungkan-sungkan mengirimkan naskah ke beberapa penerbit, supaya dibaca oleh editor atau redaktur penerbit.
Tahap yang penting selanjutnya adalah tahap check plagiasi, yang dilakukan oleh editor bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan aplikasi dan secara manual oleh editor-editor yang berpengalaman. Hasil dari cek plagiasi berupa laporan derajat plagiasi, yang sebenarnya secara detail dilakukan saat telah diterimanya naskah untuk diterbitkan.
Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang ditentukan, naskah akan dikembalikan untuk dimohonkan dilakukan revisi.
Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas.
Sebaiknya jika menulis naskah, selalu cantumkan sumbernya untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya.
Setelah naskah dinyatakan diterima, carilah endorsment-endorsement dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal, artis, dll yang mempunyai follower atau massa banyak. Hal ini lebih ke strategi pemasaran buku ke depannya.
Demikian resume materi yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi sobat blogger, khususnya calon penulis buku atau yang ingin menambah wawasan mengenai penerbitan buku.
1 komentar:
Muhammad Faiq Ramadhan
Jawaban no 3 Mendiang Nelson, misalnya.beliau kerap menggunakan batik Indonesia dalam keseharian nya
Posting Komentar